ACARA
PENDADARAN KADER
(KADERISASI)
PARTAI
INDONESIA TANAH AIR KITA (PITA)
Diselenggarakan Oleh : DPP
PITA
Bertempat Di :
Kantor DPP PITA
Tanggal
: 26 November 2004
P u k u l
: 16.00 WIB
Diikuti Oleh
: Pengurus DPP PITA dan Para
Simpatisan
Dilaksanakan Oleh :
Ketua Umum DPP PITA
(Prof. Dr. M. Dimyati Hartono,
SH)
S i f a
t : Umum
Peringkat
: Pratama
Hari ini saya pikir kita
sudah sampai pada membahas masalah Pendadaran Kader atau Kaderisasi. Marilah
kita bahas pada hari ini sedikit saja secara garis besarnya apa yang tertulis di
situ (Materi Bahan-bahan Kaderisasi PITA). Jadi kalau kita berbicara tentang
Kaderisasi Partai, kita tidak boleh membuat kader-kader PITA itu kerdil. Kader
PITA itu harus mempunyai wawasan yang luas. Dia tidak hanya mengenal partainya,
dia harus mengenal negaranya, dia harus mengenal lingkungan dari negara itu
secara regional, dia harus mengenal lingkungan masyarakat luas di Asia, dia juga
harus mengenal lebih luas lagi yaitu dunia. Kita harus memulai ini dari
very beginning, yang mendasar. Oleh karena itu Saya mulai dengan :
Negara, Politik, baru kemudian kita masuk ke PITA.
Jadi, Negara yang akan
saya angkat dalam pendadaran ini supaya kita punya pemikiran yang sama, Negara
bisa dilihat dari segi Politik, bisa dilihat dari segi Hukum. Kalau kita
berbicara dari segi Politik, maka Negara adalah sebuah Organisasi Kekuasaan.
Nanti akan kita bahas pada Kaderisasi yang akan datang. Kalau kita bicara Negara
dari segi Politik, Negara itu harus ada unsur-unsur Politik yang menjadi dasar
pembentukan. Maka apa yang menjadi dasar? Kesamaan nasib, kesamaan kepentingan,
kesamaan tujuan dan negara yang satu dengan yang lain itu tidak ada yang sama
proses terjadinya masing-masing negara. Itulah maka wajah tiap-tiap negara itu
berbeda satu dengan yang lain, walaupun sama-sama disebut Republik, walaupun
sama-sama disebut Monarkhi, walaupun sama-sama disebut Demokrasi. Ini akan kita
bahas.
Kemudian dari segi
Hukum, Negara manapun harus ada 3 unsur yang harus dipenuhi, yaitu harus ada
rakyat/bangsa, harus ada wilayah, harus ada Pemerintahan. Yang terjadi antara
Palestina dengan Israel, sebenarnya adalah perebutan 3 unsur ini. Kemudian dalam
era globalisasi ini, disamping unsur rakyat, wilayah dan pemerintahan, ada unsur
yang tidak bisa kita hindarkan, disebut unsur esensial yaitu Hubungan Luar
Negeri (Internasional). Kemudian kita akan bicara dari segi hukum
Historical Background (latar belakang sejarah) tiap-tiap Negara. Kalau
itu sudah, maka kita punya dasar pandangan tentang negara seluruh dunia baru
kemudian down to earth (turun ke bumi) tentang NKRI. Supaya kita
jangan berpikiran sempit, kita wajib tahu NKRI itu siapa, ada rakyatnya, siapa
rakyatnya, ada wilayahnya, mana wilayahnya, ada pemerintahan, mana
pemerintahannya, ada hubungan internasional, mana sifat hubungan
internasionalnya. Dan itulah nanti akan kita bahas juga.
Kemudian Politik. Karena
kita merupakan Partai Politik, kita tidak bisa tidak, kita harus mengerti
negara, karena partai politik itu dijalankan di sebuah negara. Tetapi apa
Politik? Nah inilah yang banyak persoalan. Maka di sini kita akan bicarakan apa
itu Politik? Apa itu Partai Politik? Untuk apa Partai Politik? Partai Politik
dalam suatu negara, Bagaimana Partai Politik itu di dunia? Beberapa slogan
politik yang praktis kita dengar, seperti Politik Kotor, Politik Uang, Tidak ada
kawan dan lawan yang abadi, dan sebagainya. Kemudian sejarah Partai Politik di
tiap-tiap negara, di Indonesia pun juga ada. Lalu peranan Partai Politik dalam
NKRI. Bagaimana sebelum kemerdekaan? Bagaimana pada awal kemerdekaan? Bagaimana
perkembangan setelah kemerdekaan? 30, 40, 50 tahun setelah merdeka? Bagaimana ke
depannya? Itu yang
harus kita pikirkan. Kalau kita sudah punya gambaran global, baru kita masuk ke
Partai kita (PITA). Jadi kita bisa menempatkan diri secara tepat, sehingga tidak
ada fanatisme yang salah terhadap Partainya sendiri. Seperti yang sekarang
terjadi di DPR (RI) itu, mereka mungkin tidak pernah mendapat semua ini. Saya
tahu tidak semua partai ada penataran yang dilakukan oleh partai-partai politik
kepada kader-kader itu. Kepada generasi muda, saya sangat gembira, karena supaya
nanti memberi wajah yang berbeda dalam perpolitikan nasional 5 tahun ke depan.
Siapa tahu nanti 5 tahun ke depan ada yang bisa menjadi menteri, paling tidak
menjadi anggota DPR. Itu memberi warna kepada kehidupan bangsa kita ke depan.
Kemudian kalau kita
berbicara tentang PITA, kita juga harus mengerti. Inti sebenarnya bagi seorang
politisi. Seorang politisi, harus mempunyai wawasan tentang masyarakatnya. Dia
harus tahu tentang negaranya. Kita bisa tahu penggolongan (klasifikasi), apa itu
ideologi, politik, ekonomi dan lain-lainnya. Lalu kemudian ada pertanyaan kepada
tiap-tiap politisi kader partai yang sederhana, siapa kita ini? Kita ini
manusia, manusia itu apa? Siapa aku? nanti saya jelaskan perbedaannya; manusia,
aku, lalu siapa kita? Rakyat Indonesia itu, bangsa Indonesia itu siapa? Ini
harus dapat jawaban dari setiap kader PITA. Dengan demikian di manapun dia
melangkah tidak pernah ragu, baik di dalam negeri maupun luar negeri, here
I am (disinilah aku), begitulah kata orang Inggris. Kemudian kita dalam
kehidupan bersama ini jangan dilupakan, partai politik ini sering lupa bahwa
kita dalam kehidupan bersama sebagai apa? Sebagai bangsa Indonesia, sebagai
bagian dalam masyarakat Asia Tenggara, sebagai bagian masyarakat Asia, sebagai
bagian masyarakat dunia. Ini ada tatanannya masing-masing. Kalu kita mau menjadi
kader partai yang bagus, kita harus mengenal tatanan-tatanan at least as
the principle matter, sehingga kita tidak mempunyai pandangan yang
sempit melihat bangsa lain, negara lain.
Sebab apa? Ini semua
diperlukan kalau kader PITA itu ditunjuk menjadi pejabat publik sebagai Menteri
misalnya. Dia harus tahu, bagaimana menghadapi Cina, menghadapi India,
menghadapi Jepang, menghadapi Amerika. Kalau dia sebagai anggota Legislatif
dikirim ke Inggris, jangan tengak-tengok kiri-kanan tidak mengerti apa-apa. Saya
mengalaminya ketika sebagai Ketua Tim DPR ke Eropa saat itu.
Kalau ini sudah, lalu
kita berfokus kepada Apa Itu PITA? Mengapa PITA? Aku Dan PITA, Kita Dalam PITA,
PITA Dan NKRI, PITA Dalam NKRI, Tugas Kita Dalam PITA, Ikrar Kepada Bangsaku,
harus ada Ikrar Kepada PITA. Jangan dibalik, Ikrar Kepada PITA dulu baru Ikrar
Kepada Bangsaku. Ini faktor-faktor kecil tetapi penting, mengapa sekarang ini
terjadi konflik-konflik yang tidak terselesaikan pada tingkat nasional.
Ini karena orang menempatkan ‘Aku’nya
di atas kepentingan bangsa dan negara.
Selanjutnya kita bicara
secara obyektif tentang kondisi PITA saat ini yang tadi sudah dibahas. Kekuatan
yang kita miliki, kekurangan yang kita miliki. Kita bicara tentang SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity & Threat) atau Kekuatan, Kelemahan,
Kesempatan dan Ancaman (KKKA/K3A). Yang harus kita hitung dalam rangka
melangkah ke depan tahun 2009. Apa yang harus kita lakukan? Ada pengalaman saya
ketika itu, karena kita tidak pernah membahas ini, PDIP kaget ketika menang.
Saya waktu itu sudah diberitahu oleh orang-orang Golkar, “Wah ... Prof. Rupanya
PDIP itu siap menang, tetapi belum siap memerintah”. Karena apa? karena PDIP
tidak punya konsep. Lha, wong tiba-tiba menang tidak punya konsep. Paling tidak
PITA punya konsep untuk 25 tahun. Jadi kalau menang tinggal cari, apa yang harus
kita lakukan 5 tahun ke depan. Kalau nanti PITA tidak menang, pegangan itu
adalah pegangan pengabdian kita kepada bangsa dan negara.
Yang terakhir. Bagaimana
menempatkan diri di Partai. Orang harus menempatkan posisinya secara tepat. Bila
orang itu masuk ke Partai ingin mencari kekayaan, ingin kedudukan, naik pangkat.
Itu awalnya sudah keliru. Begitu itu semua tidak tercapai, loyo. Harus ada
motivasi yang tepat, bahwa Aku naik kendaraan politik untuk membangun bangsa dan
negara. Idealismenya
adalah Pancasila dan NKRI. Bagaimana mengangkat derajat bangsa dan negara di
tengah-tengah masyarakat internasional? Bahwa dalam perjalanan itu kita kemudian
menang, ada peluang menjadi Menteri, Presiden, Wakil Presiden, Legislatif, ya
... itu Alhamdulillah. Itu adalah pembawaan dari perjuangan. Tetapi, that
is not the aim, itu bukanlah akhir tujuan berjuang.
Tanamkan kepada
kader-kader PITA secara keseluruhan. Kira-kira garis besarnya seperti itu. Itu,
saya kira cukup untuk hari ini. dan terima kasih.
Jakarta, 26 November 2004
DPP PITA
Ketua Umum,
Prof. Dr. M. Dimyati Hartono,
SH